bitvonline.com -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan kembali melemah pada awal pekan depan, Senin 24 Juni 2024. Analis ekonomi mencatat bahwa rupiah berpotensi mencapai level Rp16.600 per dolar AS, menandai penurunan dari level sebelumnya yang berada di Rp16.450 per dolar AS pada Jumat (21/6/2024).
Fluktuasi nilai tukar mata uang Garuda ini terjadi dalam konteks tekanan global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sentimen, terutama dari indeks dolar AS yang menguat. Lukman Leong, seorang pengamat komoditas dan mata uang, menjelaskan bahwa pernyataan hawkish dari pejabat Bank Sentral AS (the Fed) terkait kebijakan moneter AS, serta perkembangan data ekonomi negara tersebut, menjadi faktor utama yang mempengaruhi penguatan dolar AS dan melemahnya rupiah.
“Rupiah diperkirakan masih dalam tekanan, meskipun Bank Indonesia kemungkinan besar akan kembali melakukan intervensi. Rentang pergerakan diperkirakan antara Rp16.350 hingga Rp16.600,” ujar Lukman kepada Tribunnews.
Di sisi internal, faktor seperti data perdagangan yang menunjukkan kekuatan ekonomi Indonesia sebelumnya sempat memberikan dukungan terhadap rupiah. Namun, ekspektasi bahwa Bank Indonesia tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat justru memberikan tekanan tambahan terhadap rupiah.
“Sentimen negatif dari investor yang meramalkan bahwa BI tidak akan menaikkan suku bunga lagi juga menjadi salah satu faktor penekan terhadap rupiah,” tambah Lukman.
Pada akhir pekan ini, absennya data ekonomi penting dalam negeri membuat investor juga menyoroti data inflasi indeks harga belanja personal (PCE) AS yang dijadwalkan rilis minggu depan. “Meskipun data PCE AS diperkirakan akan moderat, investor tetap berhati-hati mengingat sikap hawkish dari pejabat Fed yang masih dominan,” jelas Lukman.
Sementara itu, di tingkat domestik, Presiden Joko Widodo dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) sedang mengkaji dampak dari pelemahan rupiah yang telah mencapai Rp16.400 per dolar AS. Diskusi ini menyoroti langkah-langkah fiskal yang dapat diambil pemerintahan Prabowo Subianto untuk mengatasi dampak ekonomi dari pelemahan ini.
Sebagai penutup, analisis revisi data PDB AS yang diperkirakan tidak akan banyak berubah turut menjadi perhatian investor, menandai kompleksitas situasi global yang mempengaruhi pasar keuangan Indonesia.
(n/014)