SIMALUNGUN – Pagi yang seharusnya damai di
Wilayah Adat Buttu Pangaturan, Sihaporas, berubah menjadi mencekam. Sekitar 150 orang pekerja dan sekuriti
PT Toba Pulp Lestari (TPL) bersama oknum yang diduga preman bayaran mendatangi wilayah
adat dengan perlengkapan layaknya pasukan
bentrok.Mereka mengenakan seragam sekuriti, helm, membawa tameng, serta kayu panjang. Namun, yang mengundang tanda tanya besar,
seragam tersebut tampak menggunakan lambang Polisi Republik Indonesia (Polri). Baca Juga: DR. Nazrul Zaman Desak LLDIKTI Aceh Libatkan Polisi Sterilkan Universitas Abulyatama dari Manajemen Ilegal Di sisi lain, hanya sekitar 30 orang
Masyarakat Adat Sihaporas yang tengah berkumpul di Rumah Bersama. Warga sebenarnya tidak menginginkan
bentrokan. Mereka berusaha menghadang dengan niat baik untuk membuka ruang dialog, mengajak pihak
TPL duduk bersama membicarakan persoalan secara damai.Namun, niat tersebut berujung pilu. Dari barisan sekuriti terdengar instruksi singkat: "Dorong saja!".Perintah itu memicu keributan. Dorongan demi dorongan berubah menjadi pukulan kayu yang menghantam tubuh warga. Batu pun dilemparkan, mengenai kepala dan wajah mereka.
Teriakan, tangisan, dan suara benturan bercampur, menciptakan suasana horor bagi masyarakat
adat yang sama sekali tidak bersenjata.