SUMBAR -Duka mendalam menyelimuti sejumlah daerah di Sumatera Barat (Sumbar) setelah banjir bandang dan longsor menerjang, menelan korban jiwa dan meninggalkan jejak kepedihan bagi warga. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data yang memilukan: 67 orang telah kehilangan nyawa mereka, sementara 20 orang masih terselip dalam gelapnya kehilangan.
Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, dengan nada serius menyampaikan bahwa tiada henti usaha mereka bersama unsur terkait untuk mencari dan menemukan setiap orang yang masih hilang. “Masyarakat yang hilang dan menjadi korban masih terus dicari. Hingga betul-betul ditemukan. Karena hingga saat ini sudah 67 orang ditemukan dari semula 50 orang meninggal dunia,” ungkapnya dengan suara yang terasa penuh tanggung jawab.
Tidak hanya korban jiwa yang menjadi catatan tragis, melainkan juga 37 orang lainnya yang terluka dan 3.396 jiwa yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka yang hancur terkikis air dan longsor. Dampak bencana ini terasa begitu menghantui di tiga kabupaten utama: Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang. Suharyanto menambahkan bahwa proses pembersihan sisa-sisa material bencana masih berlangsung, namun trauma dan luka emosional yang ditinggalkan oleh bencana ini tak akan mudah terhapus.
Sementara masyarakat bergumul dengan puing-puing kehidupan yang hancur, upaya pencarian korban terus digelorakan. Dalam beberapa hari ke depan, BNPB berjanji untuk terus memantau daerah-daerah yang terdampak paling parah, sambil meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana susulan akibat curah hujan yang terus tinggi. Mereka bahkan telah menurunkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk mengantisipasi potensi bencana lebih lanjut.
Dalam kegelapan duka ini, cahaya kepedulian dan solidaritas pun mulai bersinar. Berbagai pihak, termasuk mantan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, yang secara langsung terbang ke Sumbar untuk memberikan bantuan kepada korban banjir, menunjukkan bahwa di tengah tragedi, kebersamaan dan gotong royong tetap menjadi pilar kokoh yang menopang.
(N/014)