JAKARTA – Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) kembali menyelenggarakan kegiatan tahunan Communication Action dengan tema "Frame of Reality".
Acara ini digelar di Laboratorium Televisi (Lab TV) Kampus III, Jakarta, Kamis (12/12/2025), bertujuan memberikan pengalaman praktis bagi mahasiswa dalam manajemen isu, krisis, dan konflik, sekaligus mengasah keterampilan fotografi dan videografi kehumasan.
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi mahasiswa Mata Kuliah Manajemen Isu, Krisis, dan Konflik dengan mahasiswa Fotografi dan Videografi Kehumasan, sebagai wadah pembelajaran yang menghubungkan teori komunikasi strategis dengan praktik profesional.
Baca Juga: Pemprov Sumut Sediakan Internet Gratis di Sekolah, Upaya Perkecil Kesenjangan Digital Acara dibuka oleh Dekan FIKOM, Rialdo Rezeky M.L.T, S.Sos., M.I.Kom, yang menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai ruang ekspresi visual mahasiswa, sekaligus mengasah kemampuan pengelolaan isu dan krisis serta kreativitas visual dalam membentuk citra publik.
Sesi materi dibawakan oleh Duddy S. Takdir, Lead Advisor AT Nexus dan Founder Akarsana, dengan tema "Viral or Fatal? Strategi PR Mengelola Krisis di Era Media Sosial".
Duddy menekankan strategi Public Relations di sektor korporasi dan pemerintahan di tengah arus informasi yang cepat dan dinamis.
Materi dilanjutkan oleh Reza Dewantara, Staff PR Government Photographer Kemendes PDTT, dan Adrianus A, Corporate PR Visual Specialist Post Creative Strategy LeapnLoop Still & Motion, dengan topik "Visual PR Pemerintah dan Korporat: Siapa yang Menciptakan Realitas Publik?".
Mereka membahas teknik fotografi dan videografi kehumasan, serta peran penting visual dalam membentuk persepsi publik.
Selain talk show, kegiatan juga menghadirkan pameran karya mahasiswa FIKOM Moestopo, menampilkan tema urbanisasi hingga promosi fakultas.
Karya-karya tersebut dinilai langsung oleh narasumber sebagai bentuk evaluasi kreatif dan apresiasi bagi mahasiswa.
Dengan Communication Action "Frame of Reality" 2025, mahasiswa tidak hanya memperoleh wawasan baru mengenai manajemen isu dan krisis, tetapi juga belajar membangun strategi komunikasi visual yang efektif.
Kegiatan ini diharapkan membentuk generasi komunikator yang kritis, kreatif, dan adaptif di era digital.*