LEPAK- Perbaikan infrastruktur jalan menjadi salah satu isu utama dalam debat Pilkada Kabupaten Lebak 2024. Dalam debat yang digelar Kamis (14/11/2024), tiga calon bupati Lebak, Sanuji Pentamarta, Hasbi Jayabaya, dan Dede Supriyadi, mengemukakan pandangan dan solusi mereka terkait kondisi jalan rusak di kabupaten ini, yang telah lama menjadi keluhan masyarakat.
Calon Bupati Lebak nomor urut 3, Sanuji Pentamarta, menyoroti banyaknya jalan rusak yang mengganggu aktivitas masyarakat. Dalam debat, Sanuji menyebut bahwa sejumlah jalan di Lebak, baik di desa maupun kawasan lain, memerlukan perhatian serius dari pemerintah daerah.
“Masyarakat tidak peduli apakah jalan itu milik desa atau kabupaten. Mereka hanya ingin jalan yang rusak diperbaiki. Bupati harus bertanggung jawab untuk itu,” tegas Sanuji.
Sanuji berjanji akan menggunakan segala cara, baik melalui pendekatan ke pemerintah pusat dan provinsi, untuk memperbaiki jalan-jalan rusak di Lebak. Dia menekankan pentingnya memperbaiki infrastruktur jalan demi kenyamanan dan keselamatan masyarakat, terutama untuk akses ke layanan kesehatan dan pendidikan.
Sebaliknya, Calon Bupati nomor urut 1, Hasbi Jayabaya, mengungkapkan data yang menunjukkan bahwa sebagian besar jalan rusak di Lebak berada di tingkat desa. Dia merinci, dari total panjang jalan desa sepanjang 1.617 km, sekitar 1.224 km di antaranya dalam kondisi rusak.
“Jalan desa ini seharusnya tidak dibiayai dari APBD Lebak. Itu adalah tanggung jawab pemerintah desa melalui dana desa. Untuk itu, kita harus menaikkan status jalan desa menjadi jalan kabupaten melalui Inpres nomor 23 tahun 2023 tentang pembangunan konektivitas jalan daerah,” terang Hasbi.
Hasbi menegaskan bahwa perbaikan jalan harus dilakukan sesuai dengan kewenangan masing-masing, dan dia berkomitmen untuk memperjuangkan peningkatan status jalan desa agar bisa diperbaiki dengan anggaran kabupaten.
Calon Bupati nomor urut 2, Dede Supriyadi, yang berpasangan dengan Virnie Safitri, turut menyampaikan bahwa lebih dari 260 km jalan di Lebak berada dalam kondisi rusak. Mereka mengakui bahwa kerusakan jalan sangat memengaruhi mobilitas masyarakat dan menjadi penghambat bagi perkembangan ekonomi.
“Kami berkomitmen untuk memperbaiki 260 km jalan yang rusak di Lebak. Kami juga akan mengintegrasikan perbaikan jalan dengan rencana pembangunan jangka panjang provinsi dan pusat,” ujar Dede.
Virnie Safitri menambahkan bahwa perbaikan jalan menjadi pekerjaan rumah utama mereka jika terpilih. Menurutnya, peningkatan infrastruktur jalan akan mempermudah akses masyarakat ke berbagai layanan dasar seperti kesehatan, pendidikan, dan membuka peluang ekonomi yang lebih baik.
Isu jalan rusak ini memang menjadi salah satu tema besar dalam Pilkada Lebak 2024. Sementara Hasbi menekankan pentingnya memahami perbedaan kewenangan antara jalan kabupaten dan jalan desa, Sanuji dan Dede lebih menekankan pada pentingnya perbaikan menyeluruh tanpa memandang kewenangan.
Menurut Sanuji, yang penting adalah hasil nyata di lapangan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Lebak. “Kami tidak akan menunggu birokrasi yang rumit. Semua jalan yang rusak, kami perbaiki,” ujarnya. Sementara Dede dan Virnie berencana menyusun rencana pembangunan yang lebih terintegrasi dan berkesinambungan.
Sementara itu, meski masing-masing calon memiliki cara pandang yang berbeda dalam mengatasi masalah jalan rusak, semuanya sepakat bahwa perbaikan infrastruktur jalan adalah prioritas utama. Dengan kondisi jalan yang buruk, perekonomian dan akses layanan masyarakat menjadi terhambat. Perbaikan jalan, di mata calon-calon ini, bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga kunci untuk mendorong kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Lebak ke depan.
Pada akhirnya, para pemilih di Lebak pada Pilkada 2024 akan menentukan siapa yang akan memimpin untuk memperbaiki infrastruktur dan mewujudkan konektivitas yang lebih baik di seluruh pelosok kabupaten ini.(JOHANSIRAIT)