JAKARTA— Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Chusnunia Chalim, menyatakan dukungannya terhadap langkah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa Cyang dinilai menghambat pertumbuhan industri dalam negeri.
Menurut Chusnunia, Indonesia dengan pasar domestik yang sangat potensial tidak boleh dikuasai oleh produk-produk asing, terlebih jika dominasi tersebut terjadi melalui praktik impor ilegal.
"Kita harus bersama-sama memperkuat tumbuhnya industri lokal agar mampu melawan dominasi produk asing, apalagi jika praktik tersebut berlangsung secara tidak adil," ujarnya, Kamis (9/10).
Baca Juga: Bea Cukai Batam Gagalkan Penyelundupan Ratusan iPhone di Pelabuhan Punggur Pernyataan ini sejalan dengan desakan dari kalangan pengusaha tekstil dan produk tekstil (TPT) yang menuntut pemerintah segera memberantas penyelundupan barang impor ilegal.
Berdasarkan data tradmap.org, sekitar US$1,5–2 miliar impor TPT dari China tidak tercatat di Bea Cukai setiap tahunnya — setara dengan 28.000 kontainer barang ilegal.
Chusnunia menegaskan, dominasi produk impor tersebut terjadi di tengah besarnya potensi industri tekstil nasional. Berdasarkan data BPS 2024, jumlah industri tekstil di Indonesia terdiri dari 2.027 industri besar dan sedang, serta 303.485 industri mikro kecil (IMK). Sedangkan industri pakaian jadi mencakup 1.985 industri besar dan sedang serta 594.912 industri mikro kecil.
"Potensi besar ini harus terus didorong agar tumbuh dan berdaya saing melalui kebijakan yang tepat," paparnya.
Lebih lanjut, politisi PKB itu menilai dukungan permodalan menjadi kunci penguatan sektor industri nasional. Ia mengapresiasi langkah Menteri Keuangan yang mengguyur likuiditas ke bank-bank Himbara sebesar Rp200 triliun untuk menekan suku bunga kredit dan mendorong aktivitas sektor riil.
"Langkah itu diharapkan mampu menggerakkan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja di sektor industri," tambahnya.
Namun, Chusnunia juga mengingatkan agar percepatan pertumbuhan ekonomi tetap memperhatikan aspek lingkungan hidup.
"Kita harus memastikan penguatan industri tekstil lokal berjalan seiring dengan perlindungan lingkungan, karena sektor ini juga berpotensi menimbulkan pencemaran," tegasnya.
Chusnunia menutup pernyataannya dengan menyerukan sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.*