NTT -Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, menyoroti meningkatnya ketegangan global yang berpotensi mengarah pada konflik besar. Dalam pidatonya pada acara Sidang Tanwir dan Resepsi Milad ke-112 Muhammadiyah di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu (4/12), Prabowo mengingatkan bahwa Indonesia tidak lepas dari ancaman perang, meskipun saat ini berada dalam posisi netral dalam politik internasional.
Prabowo menyinggung beberapa konflik besar yang sedang terjadi di dunia, seperti perang di Gaza, yang menyebabkan ribuan anak-anak menjadi korban, perang di Lebanon yang mengakibatkan jutaan orang kehilangan tempat tinggal, serta perang di Ukraina yang berdampak pada lonjakan harga pangan global. “Apa poin yang ingin saya sampaikan? Jangan kita anggap damai itu adalah biasa. Jangan kita anggap kita tidak menghadapi ancaman. Kenapa kita harus waspada? Karena kita kaya,” ujar Prabowo.
Presiden juga mengingatkan sejarah panjang Indonesia yang pernah dijajah oleh bangsa-bangsa besar seperti Belanda, Portugis, Spanyol, Perancis, dan Inggris. “Bukan kita ke negeri Belanda, orang Belanda ke kita. Dari dulu sampai sekarang,” sambungnya, menegaskan bahwa Indonesia harus tetap waspada terhadap potensi ancaman dari luar.
Lebih lanjut, Prabowo juga mengungkapkan kekhawatirannya tentang kemungkinan terjadinya perang nuklir, yang menurut pengamat Eropa memiliki kemungkinan 17% untuk terjadi. Ia menyebutkan bahwa negara-negara Barat telah mengizinkan penggunaan peluru jarak jauh untuk menyerang Rusia, sementara Rusia merespons dengan memperbolehkan serangan terhadap negara Barat menggunakan senjata mutakhir.
“Belum lagi ketegangan di Timur Tengah, Asia, Taiwan, dan Korea Utara. Jika saya tidak salah, tadi malam Pemerintah Korea Selatan sudah menyatakan keadaan darurat,” kata Prabowo. Ia menekankan bahwa meskipun Indonesia berada di posisi non-blok, negara ini tetap bisa terseret dalam konflik dunia karena lokasi geografisnya yang sangat strategis.
Prabowo juga mengingatkan bahwa Indonesia memainkan peran kunci dalam perdagangan dunia, dengan 40% dari total perdagangan global melewati perairan Indonesia. Selain itu, 70% pasokan energi negara-negara besar seperti China, Korea, dan Jepang bergantung pada jalur laut Indonesia. “Bisakah kita kira-kira kalau terjadi perang besar kita tidak terseret?” tanya Prabowo, menegaskan pentingnya kesiapsiagaan Indonesia dalam menghadapi kemungkinan terburuk.
Dengan berbagai ancaman yang ada, Prabowo mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk tetap waspada dan menjaga keamanan serta kedaulatan negara. “Jangan lengah, jangan terlalu santai, karena meskipun Indonesia netral, kita tetap memiliki banyak kepentingan yang akan terpengaruh jika terjadi perang besar di dunia,” pesan Prabowo di akhir pidatonya.
(N/014)