JAKARTA – Dalam langkah diplomatis yang bertujuan menguatkan hubungan bilateral, Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto, bersiap untuk melakukan kunjungan resmi ke Republik Rakyat China pekan depan. Brigadir Jenderal TNI Edwin Adrian Sumantha, Kepala Humas di Kementerian Pertahanan Indonesia, memastikan rencana perjalanan ini.
“Perkenankan saya untuk menegaskan bahwa Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, memang memiliki rencana untuk melakukan kunjungan resmi ke Republik Rakyat China dalam waktu dekat,” ungkap Edwin kepada wartawan pada Sabtu (30/3/2024).
Edwin menjelaskan bahwa kunjungan Prabowo ke China bertujuan utama untuk memperkuat hubungan bilateral antara kedua negara, terutama dalam kerja sama pertahanan.
“Tujuan utama dari kunjungan ini adalah untuk memperkokoh hubungan bilateral antara Indonesia dan China serta meningkatkan kerja sama di sektor pertahanan,” katanya.
Edwin juga menyebutkan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan kedua negara untuk mewujudkan kerja sama strategis.
“Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan kedua negara untuk memperkuat dialog dan kerja sama strategis, yang sangat penting bagi keamanan dan stabilitas regional,” tambahnya.
Sebelumnya, kabar tentang rencana kunjungan Prabowo ke China disampaikan langsung oleh Kementerian Luar Negeri Beijing. Dilaporkan oleh AFP pada Jumat (29/3/2024), ini menjadi kunjungan pertama Prabowo sejak kemenangannya dalam pemilihan umum. Kunjungan ini dilakukan atas undangan Presiden Xi Jinping.
Diwartakan bahwa Prabowo yang akan mulai menjabat nanti tahun ini, akan mengunjungi Tiongkok mulai dari hari Minggu hingga Selasa, seperti yang dijelaskan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying.
Xi Jinping juga mengucapkan selamat kepada Prabowo atas kemenangannya dalam pemilu. China, diketahui menjadi salah satu sumber investasi langsung asing terbesar di Indonesia.
Saat Prabowo bergerak menuju pembentukan hubungan yang lebih erat dengan China, lanskap geopolitik di Asia Tenggara siap menghadapi potensi pergeseran, menandai awal dari dinamika diplomatik dan aliansi strategis yang terus berubah.
(AS)