JAWA TIMUR –Viral sebuah video yang memperlihatkan sekumpulan siswi SMA di Cianjur yang sedang mengantre untuk mengikuti tes kehamilan. Dalam video tersebut, salah satu siswi terlihat memasuki toilet untuk melakukan tes urine, dan hasil tes yang dilakukan kemudian dikumpulkan kepada pihak sekolah. Program tes kehamilan ini diketahui sudah berjalan selama dua tahun di SMA Desa Padaluyu, Cianjur.
Kepala SMA Desa Padaluyu, Sarman, menjelaskan bahwa tes kehamilan dilakukan sebagai upaya pencegahan agar siswi terhindar dari pergaulan bebas. Menurutnya, tes ini dimulai setelah ada satu siswi yang hamil dan terpaksa mengambil cuti satu semester. “Jadi ada orang tua siswa yang datang, memberitahukan jika anaknya hamil. Kemudian tidak melanjutkan sekolah. Makanya kita jalankan program ini untuk memastikan para siswi terhindar dari pergaulan bebas,” kata Sarman dalam wawancara pada Rabu (22/1/2025).
Namun, langkah SMA Padaluyu ini menuai kritikan dari berbagai pihak. Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof. Dr. Yudi Mulyana Hidayat, SpOG, mengungkapkan keheranannya atas pelaksanaan tes kehamilan tersebut. Menurutnya, terdapat banyak cara yang lebih tepat dan edukatif untuk mencegah remaja hamil. “Tindakan ini kurang tepat, programnya terlalu mengada-ngada. Sebaiknya dilakukan edukasi masif di sela kegiatan pembelajaran,” ujar Prof. Yudi.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga menilai tes kehamilan tersebut sebagai tindakan yang diskriminatif dan mengobjektifikasi perempuan. Komisioner KPAI, Ai Maryati, menyebutkan bahwa tes kehamilan tersebut bisa mempengaruhi psikologi remaja. “Prihatin dengan tindakan tersebut, sebab menempatkan anak perempuan sebagai objek seksual. Harusnya edukasi tentang bagaimana mencegah kehamilan, bukan melakukan tes kehamilan,” ujar Ai.
Ai juga menambahkan bahwa fokus yang terlalu banyak pada tes kehamilan malah dapat memengaruhi kondisi mental dan emosional para siswi. “Meskipun tujuannya baik, implementasinya menjadi berbeda,” tambahnya.
Direktur Jenderal Kesehatan Jiwa Kemenkes RI, Imran Pambudi, juga mengingatkan tentang potensi dampak psikologis yang mungkin timbul akibat tes kehamilan ini, terutama bagi remaja yang hasilnya positif hamil. Imran menyebutkan bahwa tes ini bisa menyebabkan kecemasan yang berujung pada gangguan kesehatan jiwa, termasuk depresi. “Masalah kesehatan jiwa yang mungkin timbul seperti kecemasan, menarik diri dari sosial, dan bila tidak tertangani dengan baik, bisa berlanjut ke depresi dan gangguan jiwa yang lebih berat,” ungkapnya.
Sebagai solusi, banyak pihak menyarankan agar pihak sekolah lebih fokus pada edukasi pencegahan pergaulan bebas dan kehamilan di kalangan remaja, daripada melakukan tes yang bisa berisiko terhadap kesehatan mental dan emosi para siswi.
(N/014)