Indonesia Perluas Pendekatan Tobacco Harm Reduction untuk Tekan Angka Kematian Akibat Rokok

BITVonline.com - Jumat, 24 Januari 2025 16:03 WIB

Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa Indonesia termasuk dalam negara dengan prevalensi perokok tertinggi di dunia. Angka perokok di Indonesia diperkirakan meningkat dari 31,7 persen pada tahun 2000 menjadi 37,5 persen pada tahun 2025. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko kesehatan dan angka kematian akibat rokok. Setiap tahun, sekitar 300 ribu jiwa di Indonesia meninggal akibat dampak rokok.

Berbagai upaya pengendalian yang dilakukan selama ini dinilai belum efektif. Untuk itu, diperlukan strategi baru seperti pendekatan Tobacco Harm Reduction (THR) guna menekan angka kematian akibat rokok. THR merupakan pendekatan yang menawarkan produk alternatif untuk mengurangi risiko kesehatan akibat rokok. Produk dengan mekanisme pemanasan dianggap memiliki risiko lebih rendah dibandingkan rokok konvensional yang melibatkan pembakaran.

Studi oleh Public Health England menyebutkan bahwa produk alternatif ini 95 persen lebih rendah risiko dibandingkan rokok biasa. Menurut Assoc. Prof. Ronny Lesmana, pakar kesehatan Indonesia, pendekatan THR telah diterapkan di berbagai negara dan terbukti membantu perokok aktif untuk beralih ke opsi yang lebih aman. “Pendekatan ilmiah, kebijakan, serta teknologi harus dikombinasikan untuk mengurangi dampak berbahaya konsumsi tembakau.

THR dapat menjadi pilihan realistis bagi mereka yang sulit berhenti merokok,” ujar Ronny dalam acara Health Forum di Jakarta, Kamis (23/1/2025). Laporan Lives Saved Report 2024 memproyeksikan bahwa implementasi THR dapat menyelamatkan hingga 4,6 juta nyawa di Indonesia pada tahun 2060. Dengan integrasi THR ke dalam kebijakan pengendalian tembakau serta peningkatan akses perawatan kesehatan, angka kematian tahunan akibat rokok dapat turun dari 300 ribu menjadi 83 ribu jiwa.

Beberapa negara seperti Swedia, Inggris, Jepang, dan Amerika Serikat telah berhasil menurunkan prevalensi perokok melalui penerapan THR. Untuk mencapai tujuan tersebut, dukungan pemerintah, akademisi, dan masyarakat sangat diperlukan, termasuk penguatan edukasi dan penelitian. Meskipun produk THR mulai tersedia di Indonesia, pemahaman masyarakat mengenai manfaatnya masih minim.

Prof. Dr. Wahyu Widowati, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, menyebutkan perlunya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk mendorong sosialisasi dan edukasi mengenai THR. “Jika pemanfaatan produk THR diatur dengan baik dan didukung pengawasan yang tepat, potensi besar bisa diwujudkan. Kolaborasi yang kuat antara pembuat kebijakan, peneliti, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan,” kata Wahyu.

Edukasi kepada masyarakat dinilai krusial untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep THR. Penelitian yang lebih komprehensif juga diperlukan untuk memastikan implementasi yang tepat guna serta sebagai dasar kebijakan pengendalian tembakau di masa depan. “Dengan penelitian yang kuat dan edukasi yang tepat, THR dapat menjadi solusi efektif untuk menurunkan prevalensi merokok di Indonesia,” pungkas Wahyu.

(christie)

Editor
:
Sumber
:

Tag:

Berita Terkait

Pariwisata

Ludes Terbakar! Rumah Warga di Medan Habis Dilalap Api Saat Cari Makan Sahur

Pariwisata

Ini Keluhan dan Harapan Warga Arse ke Bupati Tapsel Gus Irawan

Pariwisata

Terungkap! Ibu dan Anak Tewas di Tambora, Setelah Diperdaya Pelaku dengan Modus Penggandaan Uang

Pariwisata

Mendag Budi Santoso: Harga Daging Sapi di Pasar Tomang Jakarta Lebih Murah dari HAP

Pariwisata

Ahok Diperiksa 9 Jam oleh Kejagung, Ini Hasilnya!

Pariwisata

Bukti Baru Kasus Suap Harun Masiku, Hasto Diduga Titipkan Uang Rp 400 Juta