JAKARTA –Setiap hari di Indonesia, 385 pasien tuberkulosis (TBC) meninggal dunia, menurut Prof Dr dr Erlina Burhan, seorang Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Angka tersebut disampaikan berdasarkan data Global TB Report 2023 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Erlina menyoroti tantangan besar yang dihadapi dalam menangani TBC, termasuk masalah temuan kasus yang belum optimal, rendahnya kepatuhan pasien dalam pengobatan, serta stigma dan diskriminasi sosial yang dihadapi oleh para penderita.
Dia menjelaskan bahwa upaya untuk mengakhiri epidemi TBC pada tahun 2030 dan menekan kasus TBC menjadi kurang dari 1 kasus per 1 juta penduduk pada tahun 2050 memerlukan langkah-langkah terintegrasi dan komitmen politik yang kuat. Indonesia telah menjalankan program eliminasi TBC yang sejalan dengan Program End TB Strategy dari WHO.
Program ini memiliki tiga pilar utama, yaitu pelayanan dan pencegahan TBC yang terintegrasi, kebijakan dan komitmen politik dalam sektor kesehatan, serta penelitian dan inovasi dalam menyikapi tantangan TBC.
Erlina menekankan bahwa upaya eliminasi TBC membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, pelaku usaha, organisasi profesi, masyarakat agama dan budaya, serta institusi pendidikan. Dia mengajak untuk belajar dari keberhasilan penanganan Covid-19 di Indonesia dan menerapkannya dalam upaya penanggulangan TBC. Kunci untuk mencapai target eliminasi TBC pada tahun 2030 adalah kesadaran dan motivasi bersama serta kolaborasi lintas sektor yang solid.
(A/08)