MANADO -Sejumlah pengurus Badan Otonom (Banom) Nahdlatul Ulama (NU) di Sulawesi Utara (Sulut) mendesak agar struktur Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulut periode 2025-2030 diisi oleh kader asli NU, bukan kader ‘impor’ dari luar lingkungan NU.
Tuntutan ini disampaikan oleh angkatan muda NU di tengah dinamika Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Sulut ke-XII yang berlangsung sejak Jumat (24/1). Mereka menyoroti adanya kecenderungan upaya memasukkan pihak luar ke dalam struktur kepengurusan PWNU, yang dinilai berpotensi menghambat perkembangan organisasi.
Wakil Ketua I GP Ansor Sulut, Azmar Rahayu, menegaskan bahwa aspirasi ini merupakan suara mayoritas kaum Nahdliyin di Sulut yang menginginkan perubahan struktural di tubuh PWNU Sulut.
“Ini adalah aspirasi kaum Nahdliyin di Sulut yang ingin agar NU bisa berkembang lebih baik. Mereka mendorong kader asli NU untuk maju, agar PWNU mampu mengikuti perkembangan zaman dan tak ketinggalan,” ujar Azmar, yang juga Ketua IKA PMII Manado.
Azmar juga mengungkapkan bahwa dalam beberapa kegiatan NU yang dihadirinya di berbagai kabupaten dan kota di Sulut, banyak Nahdliyin mengeluhkan pengurus PWNU saat ini yang dinilai kurang progresif. Hal ini disebabkan karena beberapa pengurus berasal dari luar lingkungan NU dan tidak memahami nilai-nilai serta tradisi NU secara mendalam.
Hal serupa diungkapkan oleh Farhan Umar, salah satu pengurus PMII Manado. Menurutnya, Konferwil PWNU Sulut harus menjadi momen refleksi mendalam untuk memastikan arah gerak NU sesuai dengan tantangan zaman dan kebutuhan umat.
“Konferwil adalah forum tertinggi di tingkat provinsi. Kami dari PMII berharap forum ini melibatkan kader-kader ideologis yang matang, yang telah melalui proses kaderisasi seperti di IPNU, PMII, dan GP Ansor. Kader ideologis ini yang dapat membawa NU menjawab tantangan zaman,” ujar Farhan.
Konferwil PWNU Sulut ke-XII diharapkan dapat menghasilkan struktur kepengurusan yang lebih solid, progresif, dan berorientasi pada kemajuan organisasi serta kepentingan umat.
(N/014)