BALI -Kasus kematian mantan Bupati Jembrana, Ida Bagus Ardana (84 tahun), dan istrinya, Sri Wulan Trisna (64 tahun), hingga saat ini masih menyisakan banyak pertanyaan. Penemuan jenazah pasangan lansia ini pada 8 Agustus 2024, memicu perhatian publik dan media, namun polisi kini menghadapi berbagai kendala dalam mengungkap misteri di balik kematian mereka.
Kapolsek Denpasar Selatan, Kompol Herson Djuanda, menjelaskan bahwa penyelidikan terkendala minimnya informasi yang dapat diakses. “Sebenarnya, tantangan utama dalam kasus ini adalah minimnya informasi, karena yang berada di dalam rumah itu hanya berdua. Selain itu, tidak ada CCTV di sekitar lokasi dan minimnya rekaman CCTV di area tersebut,” ungkapnya pada konferensi pers, Selasa (22/10).
Polisi telah melakukan autopsi terhadap kedua jenazah dan menemukan adanya luka akibat benda tumpul. Namun, hingga kini, pihak kepolisian belum dapat memastikan apakah keduanya menjadi korban pembunuhan atau bunuh diri. “Hasil autopsi menunjukkan bahwa terdapat luka akibat benda tumpul dan patah. Ini yang masih kita dalami,” jelas Djuanda.
Sejak penemuan mayat tersebut, pihak kepolisian telah memeriksa sekitar 30 orang saksi, namun belum menemukan titik terang dalam kasus ini. “Kami telah memeriksa orang-orang yang dicurigai, tetapi belum ada perkembangan yang signifikan,” tambahnya. Djuanda menegaskan bahwa jika ada perkembangan baru dalam penyidikan, pihaknya akan segera menginformasikannya kepada publik.
Kronologi penemuan mayat ini berawal dari laporan warga dan menantu Ida Bagus Ardana kepada Kepala Lingkungan Karya Darma Putu Gede Igar Bramandika. Pada malam kejadian, menantu pasangan tersebut mendapati rumah dalam keadaan tertutup dan mencium bau menyengat. Mereka kemudian menghubungi Babinsa untuk membuka paksa rumah dan mencari keberadaan kedua lansia tersebut.
Setelah pintu dibuka, Ida Bagus Ardana ditemukan tergeletak di dekat pintu dapur, sementara Sri Wulan Trisna ditemukan telentang di tempat tidur. Dugaan sementara, pasangan ini telah meninggal dunia antara tiga hingga lima hari sebelum ditemukan. “Kami juga mendapati pola luka di tubuh Sri Wulan mirip dengan kekerasan akibat pembekapan,” jelas Djuanda.
Kasus ini mencerminkan tantangan besar dalam penyelidikan, terutama ketika informasi terbatas dan tidak adanya saksi mata. Masyarakat berharap agar kepolisian dapat segera mengungkap misteri ini, memberikan kejelasan bagi keluarga dan publik yang menanti kabar mengenai penyebab kematian pasangan yang pernah menjabat sebagai bupati dan menduduki posisi penting di daerah tersebut.
Kematian yang tidak wajar ini juga menyoroti isu keamanan dan perlindungan bagi lansia, yang seringkali rentan terhadap berbagai bentuk kejahatan. Dengan demikian, kasus ini bukan hanya soal penyelidikan kematian, tetapi juga menimbulkan pertanyaan lebih luas mengenai keamanan masyarakat.
Polisi masih terus berupaya mengumpulkan bukti dan melakukan penyelidikan lebih lanjut. Untuk sementara, masyarakat diimbau untuk tidak terpancing oleh spekulasi yang berkembang dan memberikan waktu kepada pihak berwenang untuk menyelesaikan kasus ini dengan tuntas
(N/014)