PAPUA TENGAH -Kasus perusakan peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami kembali terjadi di Nabire, Kabupaten Nabire, Papua Tengah.
Peristiwa terbaru ini mencakup tiga kejadian pemotongan alat pada 9 Februari, 1 Maret, dan 6 Maret 2025 yang berpotensi mengganggu keselamatan warga setempat.
Menurut Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, kejadian yang terjadi pada 6 Maret 2025 melibatkan upaya pembongkaran shelter peralatan InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) serta pemotongan kabel-kabel vital seperti antena GPS dan panel surya.
Upaya ini mengakibatkan operasional alat deteksi gempa dinonaktifkan.
Daryono mengungkapkan, "Karena adanya indikasi upaya pencurian aset berharga, BMKG terpaksa mencabut seluruh peralatan seperti sensor, digitizer, dan perangkat komunikasi, demi menghindari kerugian yang lebih besar."
Kasus ini merupakan yang ke-13 sejak 2015, di mana peralatan BMKG yang dipasang di daerah rawan gempa dan tsunami sering kali menjadi sasaran perusakan dan pencurian.
BMKG mencatat, wilayah Nabire adalah kawasan yang sangat rawan terhadap bencana gempa besar karena berada di jalur patahan aktif Sesar Wapoga.