TAPANULI – Dzulfadli Tambunan, pemerhati lingkungan hidup, meminta Bareskrim Polri melakukan penyelidikan secara menyeluruh terhadap bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Tapanuli, khususnya wilayah Tapanuli Tengah.
Ia menekankan penyidik harus menelusuri sumber hulu sungai, bukan hanya fokus pada dampak di hilir, Rabu (17/12/2025).
Dzulfadli menjelaskan bahwa bencana ekologis ini tidak terjadi di satu lokasi saja, melainkan melibatkan beberapa kabupaten.
Baca Juga: PDI-P Gerak Cepat, Salurkan Rp 3,2 Miliar untuk Korban Banjir di Tiga Provinsi Sumatera Desa Garoga, Tapanuli Selatan, hanyut diterjang banjir bandang karena gelondongan kayu dari Sungai Muara Sibuntuon dan Sungai Sosopan di Tapanuli Tengah.
"Ini bukan bencana lokal yang hanya menghantam satu desa. Penyidik harus memeriksa semua titik terdampak, termasuk Tukka, Sorkam, dan Badiri. Banjir bandang yang meluluhlantakkan Desa Garoga sebenarnya terkait dengan bencana yang terjadi di Desa Sibiobio dan Muara Sibuntuon," ujar Dzulfadli.
Menurutnya, puluhan ribu kubik kayu hanyut dari Harangan (Hutan Tapanuli) yang berada di atas tiga desa tersebut.
Kayu tersebut terbawa arus sungai hingga ke Desa Garoga dan bahkan sampai ke Kota Sibolga.
Dzulfadli menekankan kawasan hulu sungai, terutama hulu Sungai Muara Sibuntuon dan Sungai Sosopan, harus menjadi fokus pemeriksaan.
Ia juga mengkritisi narasi yang beredar terkait penyebab bencana, termasuk teori chemtrail, yang menurutnya dapat membingungkan publik.
"Penyidik harus menegakkan hukum berdasarkan fakta lapangan, bukan narasi yang menyesatkan," tegas Dzulfadli.
Dzulfadli berharap investigasi ini tidak hanya menyoroti hilir sungai, tetapi menelusuri asal kayu yang terbawa banjir, sekaligus meneliti kawasan hutan negara di kilometer 10 hingga 16.
Permintaan pemerhati lingkungan ini menegaskan pentingnya investigasi komprehensif terhadap bencana ekologis, agar penyebab sesungguhnya terungkap dan mitigasi bencana di masa depan dapat dilakukan secara tepat.*