JAKARTA – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengerahkan seluruh elemen lembaga dan badan otonom NU dalam upaya penanggulangan dampak banjir yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, menegaskan komitmen NU untuk selalu hadir membantu masyarakat terdampak bencana, baik melalui logistik maupun layanan pendampingan psikososial.
"Tidak ada alasan bagi jam'iyah Nahdlatul Ulama untuk tidak hadir dalam upaya penanggulangan bencana yang terjadi," kata Gus Yahya dalam acara Pelepasan Relawan dan Bantuan di Plaza PBNU, Jakarta, Selasa (16/12/2025).
Baca Juga: Update Darurat: Jumlah Korban Jiwa Banjir dan Longsor Sumatera Capai 1.053 Orang PBNU membentuk Tim NU Peduli yang melibatkan berbagai elemen, seperti Lembaga Penanggulangan Bencana dan Iklim (LPBI), LAZISNU, serta badan otonom seperti GP Ansor.
Satgas ini bertugas mengoordinasikan pendirian posko, perekrutan relawan, dan mobilisasi sumber daya.
Gus Yahya menambahkan, NU juga menjalin komunikasi dengan seluruh struktur organisasi di tingkat wilayah, cabang, hingga ranting, untuk menggalang solidaritas nasional.
Bantuan yang dikumpulkan dalam waktu beberapa minggu ini sudah signifikan, dengan total dana yang dihimpun dari berbagai elemen NU mencapai miliaran rupiah.
Selain logistik, NU menyalurkan layanan trauma healing untuk mendukung pemulihan psikologis penyintas banjir. Gus Yahya menekankan pentingnya sistem pencatatan data yang rapi untuk evaluasi dan perencanaan respons lanjutan.
"Sinkronisasi data dan skema kerja menjadi kunci efektivitas penanganan. Kehadiran NU bukan untuk kepentingan individu, tapi untuk kepentingan bersama dan bangsa Indonesia," ujar Gus Yahya.
Beberapa daerah, seperti Magelang, Sidoarjo, Cilacap, Bojonegoro, dan Mojokerto, disebut memiliki potensi unit usaha yang dapat mendukung mobilisasi bantuan.
Dengan koordinasi yang baik antara NU dan instansi pemerintah, diharapkan penyaluran bantuan lebih efisien dan tepat sasaran.*
(k/dh)