JAWA TENGAH – Dugaan keracunan makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali terjadi di SMPN 1 Wedi, Klaten. Hingga Kamis (9/10/2025), jumlah siswa yang mengalami gejala keracunan terus bertambah sejak Rabu (8/10).
Berdasarkan laporan dari posko Puskesmas Wedi, hingga pukul 10.45 WIB, tercatat 35 siswa terdampak, terdiri dari 1 siswa diobservasi di puskesmas, 19 siswa rawat jalan, dan 15 siswa dirujuk ke RSD Bagas Waras.
Petugas medis, relawan, serta personel TRC BPBD Klaten, TNI, dan Polri terus melakukan evakuasi dan pendampingan terhadap para korban.
Baca Juga: Keluarga Prajurit TNI Gugur HUT ke-80 RI Terima Santunan Rp350 Juta dan Kenaikan Pangkat Luar Biasa Menurut petugas Puskesmas, beberapa siswa dibawa dengan kondisi lemas, muntah-muntah, dan membutuhkan bantuan oksigen. "Sampai di RS, kondisi empat siswa membaik, hanya satu yang masih muntah. Sudah ditangani dengan baik di RS," ujar Sri Harjono, petugas TRC BPBD Kabupaten Klaten.
Kasus ini tidak hanya terjadi pada siswa SMPN 1 Wedi, tetapi juga melibatkan beberapa siswa sekolah swasta. Salah satunya adalah AR (11), siswi SDIT Bahrul Ulum, yang mengalami diare, pusing, dan perut sakit setelah mengonsumsi menu MBG. Ibu AR mengatakan gejala mulai muncul pada pukul 02.00 WIB dan langsung dilarikan ke Puskesmas.
Orang tua lain, Semi, mengungkapkan bahwa anaknya AE (12), siswa kelas VII SMPN 1 Wedi, mengalami muntah-muntah setelah makan menu MBG berupa ayam, sayur, nasi, buah, dan susu. "Ayamnya agak bau, itu yang dikeluhkan anak saya," kata Semi.
Kepala Dinas Kesehatan Klaten, dr. Anggit Budiarto, menyampaikan bahwa siswa yang terdampak berasal dari sif pagi dan jumlahnya sekitar 384 siswa. Karena kejadian ini, distribusi makanan untuk sif siang ditunda sementara.
Camat Wedi, Widaya, menambahkan bahwa makanan yang diduga menyebabkan keracunan dibagikan sekitar pukul 09.00 WIB dan gejala mulai muncul sekitar pukul 10.00 WIB. Tim gizi Puskesmas segera menindaklanjuti kejadian ini untuk memastikan keamanan makanan selanjutnya.
Kasus ini kembali menyoroti pentingnya pengawasan dan prosedur ketat dalam pelaksanaan program MBG agar siswa dapat menerima manfaat tanpa risiko kesehatan.*
(cn/mt)