BINJAI -Dugaan malapraktik yang terjadi di RSUD Djoelham Kota Binjai, Sumatera Utara, memicu sorotan dari berbagai elemen masyarakat, termasuk anggota DPRD Kota Binjai, Ronggur Simorangkir.
Peristiwa ini bermula dari meninggalnya seorang pasien cuci darah, R Br Ketaren, yang diduga akibat kelalaian dalam proses perawatan di rumah sakit tersebut.
R Br Ketaren, seorang wanita berusia 75 tahun, meninggal dunia pada saat menjalani cuci darah kedua pada Sabtu (15/2/2025) di RSUD Djoelham.
Meninggalnya pasien yang videonya viral tersebut menjadi perhatian banyak pihak, termasuk Ronggur Simorangkir, yang mengungkapkan keprihatinannya terhadap insiden tersebut.
Ronggur meminta manajemen RSUD Djoelham untuk melakukan evaluasi dan perbaikan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
"Saya sangat prihatin melihat pelayanan di RSUD Djoelham. Banyak sekali aduan dari masyarakat terkait buruknya pelayanan di rumah sakit ini," ujar Ronggur, Senin (3/3/2025).
Dia juga menyoroti pelayanan yang dianggapnya buruk, dengan keluhan seperti ketus, cuek, dan lambat. "Jika anggota DPRD saja diperlakukan seperti itu, apalagi masyarakat biasa," tambahnya.
Kejadian dugaan malapraktik ini berawal ketika korban menjalani cuci darah pertama pada Rabu (12/2/2025) dan cuci darah kedua pada Sabtu (15/2/2025).
Saat menjalani cuci darah kedua, keluarga korban, khususnya anak korban, Tiopan, menyaksikan kejadian yang membingungkan dan mengkhawatirkan.
Tiopan melihat tim medis sedang menangani ibunya, dengan mobil pemadam kebakaran terparkir di rumah sakit dan alarm mesin hemodialisa berbunyi.
Tiopan menyatakan bahwa kekurangan air dalam mesin HD yang digunakan untuk proses cuci darah menjadi salah satu dugaan penyebab kematian ibunya.