Vatikan – Paus Fransiskus kembali menyuarakan kritik tajam terhadap kampanye militer Israel di Gaza, menyebut kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut sebagai “sangat serius dan memalukan.” Pernyataan ini disampaikan melalui pidato tahunan kepada para diplomat yang dibacakan oleh seorang ajudan, karena Paus masih dalam masa pemulihan dari flu.
“Kami tidak dapat menerima pengeboman terhadap warga sipil dengan cara apa pun,” demikian bunyi teks pidato tersebut. Paus juga menyoroti penderitaan anak-anak di Gaza yang menghadapi cuaca dingin tanpa listrik memadai, serta kerusakan rumah sakit dan infrastruktur energi yang memperparah kondisi mereka. “Kita tidak dapat menerima bahwa anak-anak mati kedinginan karena rumah sakit hancur atau jaringan energi suatu negara terganggu.”
Di Gaza, serangan udara Israel telah menewaskan sedikitnya 12 orang, termasuk tiga anak perempuan, menurut laporan badan pertahanan sipil setempat. Serangan tersebut terjadi di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah. Serangan lainnya di kota Jabalia di Gaza utara merenggut delapan nyawa, sementara tentara Israel terus melanjutkan serangan yang telah berlangsung sejak 6 Oktober.
Sementara itu, upaya diplomatik terus dilakukan untuk mengakhiri pertempuran dan mengamankan pembebasan para sandera yang ditawan di Gaza. Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat terlibat dalam mediasi yang berlangsung di Doha. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata “sangat dekat” dan mengharapkan resolusi segera, meskipun masa jabatan Presiden terpilih Donald Trump segera dimulai pada 20 Januari.
Rencana pembebasan sandera dan gencatan senjata yang dikembangkan oleh Presiden Joe Biden pada bulan Mei lalu disebut-sebut menjadi dasar bagi upaya diplomasi yang sedang berlangsung. Paus Fransiskus, dalam sikapnya yang konsisten, menyerukan penghentian kekerasan dan perlindungan penuh bagi warga sipil di Gaza.
(christie)