MEDAN — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan Senin pagi.
Mengutip Bloomberg hingga pukul 09.05 WIB, rupiah tercatat berada di posisi Rp16.653 per dolar AS, melemah 7 poin atau 0,04% dibandingkan penutupan perdagangan terakhir.
Sementara itu, indeks dolar AS juga terdepresiasi 0,04% ke level 98,36, dan mayoritas mata uang Asia justru menguat.
Baca Juga: Ekonomi Global Goyah, OJK Optimistis Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga Yen Jepang naik 0,12%, won Korea 0,09%, baht Thailand 0,05%, dan ringgit Malaysia 0,24%.
Direktur PT Traze Andalan Futures, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan rupiah dipengaruhi sentimen global dan domestik.
Dari luar negeri, klaim pengangguran awal di AS pekan yang berakhir 6 Desember mencapai 236.000, jauh lebih tinggi dari revisi pekan sebelumnya 192.000, menekan dolar AS.
Selain itu, The Fed memangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 3,50%-3,75%, level terendah dalam tiga tahun, meski memberi sinyal kemungkinan jeda pelonggaran di masa depan.
"Data tenaga kerja AS yang lebih lemah dari perkiraan dan penurunan suku bunga The Fed menjadi faktor utama penguatan sebagian mata uang regional terhadap dolar. Namun rupiah tetap fluktuatif karena masih banyak faktor domestik yang memengaruhi," ujar Ibrahim.
Di dalam negeri, pemerintah menyiapkan paket kebijakan ekonomi untuk pemulihan pascabencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Langkah ini termasuk penghapusbukuan dan restrukturisasi bagi debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR), sejalan dengan arahan Presiden RI Prabowo Subianto.
Dengan kondisi ini, Ibrahim memproyeksikan rupiah bergerak fluktuatif tetapi cenderung melemah di kisaran Rp16.640-Rp16.700 per dolar AS sepanjang hari ini.*