JAKARTA – Industri minuman di Indonesia bersiap menghadapi perubahan struktural menjelang penerapan cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) yang direncanakan berlaku pada 2026.
Di tengah penyesuaian kebijakan, produsen memanfaatkan tren konsumen yang semakin mengutamakan kesehatan sebagai peluang inovasi.
Dessy Arfianni, Sub Regional Leader Indonesia di Nourish Business International Flavors & Fragrances Inc (IFF), mengatakan, sepanjang 2025 terlihat pergeseran nyata menuju minuman dengan klaim less sugar dan no added sugar, terutama di kategori sports drink, kopi 3-in-1, dan air berperisa.
Baca Juga: Pasar Saham Bangkit Tipis, IHSG Naik 0,22% di Awal Perdagangan "Konsumen kini mencari keseimbangan: minuman yang memberi energi dan menyegarkan, tetapi kadar gulanya lebih rendah dan formulasi bersih. Pada saat yang sama, mereka tetap mengharapkan cita rasa yang familiar dan memuaskan," kata Dessy, Selasa (25/11/2025).
Perubahan regulasi cukai MBDK membuka ruang bagi produsen untuk melakukan reformulasi sejak dini. Dessy menilai, langkah ini menjadi kesempatan untuk memperkuat posisi merek di tengah meningkatnya perhatian konsumen terhadap kesehatan.
Data GlobalData menunjukkan 78 persen konsumen Indonesia kini mempertimbangkan aspek kesehatan dalam keputusan pembelian makanan dan minuman.
Di pasar kopi 3-in-1, studi IFF mencatat 22 persen konsumen menghindari rasa terlalu manis, sedangkan 18 persen kurang menyukai pemanis buatan.
Kondisi ini mendorong industri menghadirkan produk yang lebih seimbang antara rasa dan manfaat.
IFF menggunakan teknologi modulasi rasa untuk meningkatkan persepsi kemanisan tanpa menambah gula.
Teknologi ini diaplikasikan pada teh siap minum, kopi 3-in-1, dan susu berperisa. Fasilitas inovasi regional IFF Kaleido di Singapura memanfaatkan teknologi multi-sensorik 360 derajat untuk mempercepat uji coba rasa, sementara Creation & Design Lab di Jakarta memastikan formulasi sesuai karakteristik pasar lokal.
"Kolaborasi lintas negara dan riset lokal memungkinkan kami mendukung produsen menghadirkan inovasi yang relevan dan berkelanjutan," jelas Dessy.
Dessy menekankan, reformulasi minuman rendah gula sebaiknya dilihat sebagai peluang pertumbuhan.