JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman membeberkan motif di balik impor beras ilegal sebanyak 250 ton asal Thailand yang masuk ke wilayah Sabang, Aceh.
Menurut Amran, aktivitas ini dilakukan lantaran harga beras di luar negeri tengah turun drastis, sehingga pelaku berupaya mencari keuntungan meski Indonesia telah mencapai swasembada beras.
"Dia tujuannya cari untung, karena di luar negeri itu harga [beras] lagi jatuh. Dulu US$650 per ton, sekarang US$340 per ton," kata Amran usai rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Senin (24/11/2025).
Baca Juga: Presiden Minta Menhan Sjafrie Tegas Berantas Tambang Ilegal Amran menjelaskan, kebijakan menutup keran impor beras sepanjang 2025 berhasil menjaga stabilitas produksi dalam negeri.
Produksi beras nasional diproyeksikan mencapai 34,7 juta ton hingga Desember nanti, melampaui target awal 32 juta ton.
"Kebijakan ini membuat harga pangan dunia lebih murah, dan memicu beberapa pihak berupaya melakukan impor ilegal agar tidak kehilangan keuntungan. Bahkan ada lobi agar pemerintah menerima impor dari negara tetangga, termasuk laporan ke Presiden," ujarnya.
Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto mendukung langkah tegas pemerintah terhadap pelaku impor beras ilegal.
"Kita sudah swasembada beras. Jadi, siapa pun yang mencoba impor beras, harus ditindak sesuai hukum," tegasnya.
Amran menambahkan, meskipun ditemukan 250 ton beras ilegal, jumlah tersebut relatif kecil dibandingkan total produksi nasional.
"Hal ini lebih mengganggu secara politik daripada produksi. Hasil produksi kita hingga akhir tahun ini justru melampaui target," imbuhnya.
Langkah pemerintah menegaskan komitmen Indonesia menjaga kedaulatan pangan sekaligus memberi peringatan bahwa setiap pelanggaran terkait impor beras akan ditindak tegas secara hukum.*