JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada akhir perdagangan Rabu (20/8/2025), seiring langkah Bank Indonesia (BI) yang kembali menurunkan suku bunga acuan.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah tercatat mengalami depresiasi sebesar 0,16% ke level Rp16.271 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS menguat tipis sebesar 0,05% menjadi 98,32, mencerminkan sentimen investor global yang masih berhati-hati terhadap arah kebijakan moneter di sejumlah negara utama.
Pergerakan mata uang Asia terpantau bervariasi. Dolar Singapura turun 0,05%, won Korea Selatan melemah 0,47%, sementara baht Thailand justru menguat 0,06%.
Langkah pelemahan rupiah terjadi tak lama setelah Bank Indonesia mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 19–20 Agustus 2025.
Dalam pernyataan resminya, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa bank sentral kembali memangkas BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5%.
"Keputusan penurunan suku bunga ini konsisten dengan rendahnya proyeksi inflasi tahun 2025 dan 2026, stabilitas nilai tukar rupiah, dan kebutuhan untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Perry dalam konferensi pers virtual, Rabu (20/8).
Selain BI Rate, penyesuaian juga dilakukan pada suku bunga Deposit Facility yang diturunkan menjadi 4,25%, serta Lending Facility menjadi 5,75%.
Bank Indonesia menyebut keputusan ini sebagai bagian dari strategi kebijakan akomodatif guna menjaga momentum pemulihan ekonomi, tanpa mengabaikan stabilitas makroekonomi.
"Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga yang tersedia, guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sejalan dengan terkendalinya inflasi dan nilai tukar," jelas Perry.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2025 akan bergerak di atas titik tengah kisaran 4,6% hingga 5,4% secara tahunan (year-on-year).
Meski penurunan suku bunga bertujuan merangsang konsumsi dan investasi, respons jangka pendek di pasar keuangan tampaknya masih terbatas.