JAKARTA — Salat malam atau qiyamul lail menjadi salah satu ibadah sunnah yang memiliki kedudukan istimewa dalam tradisi Islam.
Meski kerap disamakan, qiyamul lail dan salat Tahajud sejatinya memiliki perbedaan mendasar, terutama terkait waktu pelaksanaannya.
Dalam buku 33 Macam Jenis Shalat Sunnah karya Muhammad Ajib Lc MA dijelaskan, seluruh ibadah pada malam hari—mulai salat Tahajud, Tarawih, Witir, hingga salat hajat—termasuk dalam kategori qiyamul lail.
Baca Juga: Tidak Membaca Surah Ad-Dhuha Saat Sholat Dhuha, Apakah Sah? Dengan demikian, Tahajud hanyalah salah satu bagian dari qiyamul lail.
Tahajud dikerjakan setelah tidur pada malam hari, sedangkan qiyamul lail memiliki cakupan lebih luas dan tidak mensyaratkan tidur sebelumnya.
Keduanya sama-sama menjadi amalan sunnah yang dianjurkan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Sejumlah dalil menguatkan keutamaan ibadah malam, di antaranya Surah Al-Isra ayat 79 yang memerintahkan Nabi Muhammad SAW melaksanakan Tahajud sebagai ibadah tambahan.
Hadis riwayat Muslim juga menyebut salat sunnah malam sebagai ibadah paling utama setelah salat wajib.
Anjuran serupa disebutkan dalam hadis riwayat Al-Hakim, bahwa salat malam adalah kebiasaan orang-orang saleh dan menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah, menghapus dosa, serta mencegah perbuatan maksiat.
Hadis riwayat At-Tirmidzi menambahkan, mereka yang salat saat orang lain tidur dijanjikan masuk surga dengan selamat.
Menurut Fikih Sunnah karya Sayyid Sabiq, waktu paling utama untuk melaksanakan salat malam adalah pada sepertiga malam terakhir.
Hadis riwayat Bukhari dan Muslim menyebut bahwa pada saat itu Allah "turun ke langit dunia" dan membuka pintu permohonan, pengampunan, serta doa hamba-Nya.