JAKARTA – Istilah “brain rot” kini semakin dikenal luas. Kondisi ini merujuk pada penurunan kemampuan mental atau intelektual akibat kebiasaan mengonsumsi konten berkualitas rendah secara berlebihan, seperti melalui scrolling media sosial. Psikolog Anak dan Remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, menjelaskan bahwa salah satu aktivitas yang bisa memicu brain rot adalah scrolling media sosial.
Aktivitas ini melibatkan penggeseran konten secara vertikal atau horizontal yang menampilkan informasi singkat dan cepat, yang biasanya hanya berdurasi 15 hingga 30 detik per konten. “Contohnya seperti scrolling media sosial, yang sering terjadi tanpa kita sadari,” ungkap Vera pada acara talkshow kesehatan virtual yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, Selasa (7/1/2025).
Vera menjelaskan bahwa otak kita berkembang dari pengalaman sehari-hari, dan saat melihat tempat atau hal baru, otak akan terstimulasi. Hal yang sama terjadi saat scrolling media sosial, meskipun proses ini berlangsung sangat cepat dan singkat. Sayangnya, aktivitas ini memicu pelepasan hormon dopamin, yang memberikan rasa bahagia seketika, sehingga seseorang menjadi lebih nyaman dan betah untuk melakukannya berulang kali.
Namun, jika dilakukan berlebihan dalam jangka panjang, dampaknya bisa mengkhawatirkan. Otak menjadi terbiasa dengan hal-hal instan, yang akhirnya menurunkan kemampuan berpikir kritis dan konsentrasi. Vera menekankan bahwa jika otak terbiasa dengan stimulus cepat, seperti scrolling media sosial, aktivitas yang membutuhkan usaha lebih, seperti berolahraga atau membaca buku, bisa terasa membosankan.
Dampak lain dari kebiasaan ini adalah stres dan kelelahan mental. “Jika otak kita merasa lambat, tidak belajar hal baru, dan kehilangan kemampuan kritis, kita pun akhirnya menjadi stres,” ujar Vera.
(christie)