JAKARTA -Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap lonjakan inflasi bahan pangan, seperti beras, daging, dan telur, menjelang bulan Ramadan dan Lebaran tahun 2024. Dalam sebuah acara BRI Microfinance Outlook 2024 pada Kamis (7/3/2024), Sri Mulyani mengingatkan bahwa inflasi pangan telah menunjukkan kenaikan yang signifikan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa inflasi pangan pada Februari 2024 telah mencapai 8,47% secara tahunan (yoy), yang mengkhawatirkan.
“Kita tak boleh terlena karena inflasi dari pangan menunjukkan kenaikan. Ini yang harus terus kita atasi terutama jelang hari raya,” tegas Sri Mulyani.
BPS juga mencatat bahwa rata-rata harga beras, yang merupakan komoditas pangan utama bagi masyarakat Indonesia, telah mencapai Rp 15.157 per kilogram pada Februari 2024, merupakan angka tertinggi dalam dua tahun terakhir. Hal ini menunjukkan tren kenaikan harga beras yang terus meningkat sejak September 2022, saat harga beras masih berada di bawah Rp 12.000 per kilogram.
Menyikapi situasi ini, BPS telah memberi peringatan terhadap adanya lonjakan harga bahan pangan lainnya, seperti daging, minyak goreng, dan telur, menjelang bulan Ramadan. Bank Indonesia (BI) juga turut mengingatkan pemerintah untuk membatasi inflasi volatile food, atau harga bergejolak, agar tetap di bawah 5%.
Kepala Departemen Regional BI, Anef Hartawan, menekankan bahwa pemerintah harus menjaga stabilitas harga pangan, terutama karena inflasi volatile food telah melebihi kenaikan upah minimum pegawai. Data historis menunjukkan bahwa rata-rata inflasi bahan pangan dari tahun 2020 hingga 2023 sebesar 5,2%, jauh di bawah angka inflasi pangan pada Februari 2024.
Peringatan ini menjadi penting karena inflasi pangan yang tinggi dapat berdampak negatif pada daya beli masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan rendah. Dalam menghadapi tantangan ini, peran pemerintah dan otoritas terkait dalam menjaga stabilitas harga pangan menjadi krusial dalam menjaga kesejahteraan rakyat.
(K/09)